Senin, 17 Januari 2022

TA

 Dear Anggie,

Untuk sampai ditahap ini, kamu sudah melakukan banyak hal. Kamu, sudah berusaha semampumu. Penyesalan-penyesalan yang kamu bawa saat ini adalah proses bertumbuh yang baik untukmu.

Kamu, sudah melakukan yang terbaik. Sadarlah, tidak ada manusia yang langsung bisa. Bakat itu bisa dilatih. Tidak semua harus langsung bagus.

Kamu berhasil melawan kata "Menyerah" itu.

Tidak  apa kamu menangis.

Tidak apa kamu ragu.

Tidak apa kamu kecewa.

Karena kita hanya manusia.

Apapun yang terjadi nanti, mari usahakan yang terbaik. Semangat diriku sendiri!!!

:) :)

Share:

Selasa, 11 Januari 2022

Curriculum Vitae

Semalam, bapak tiba-tiba menelepon menanyakan kabar. Saya tidak cerita mengenai kesulitan yang sedang saya hadapi. Saya takut bahwa ini akan membebani dia. Saya pun berbohong dengan mengatakan bahwa saya baik-baik saja. Setelah memastikan keadaan anaknya, Ia pun mematikan telepon.

Satu jam berlalu tiba-tiba ia menelepon lagi. Saya pikir ada suatu hal penting lain. Ternyata bapak minta dibuatkan CV. Iya. Curriculum Vitae. Yang buat lamar kerja itu.  Saya tahu bahwa bapak memutuskan untuk kerja lagi di kantor lamanya. Saat saya membicarakan hal itu dengan adik saya, ia mengatakan bahwa alasan bapak bekerja lagi adalah untuk mengumpulkan biaya agar bisa melihat saya wisuda di Jakarta sekaligus pulang ke kampung halamannya. Malam itu saya menangis lagi. Di tengah harapan yang sudah hampir berakhir, saya mendapatkan sebuah alasan untuk tetap menyelesaikan sampai titik terakhir saya. 

Saya pun memutuskan membantu bapak. Untungnya, bapak memberikan referensi CV yang ingin ia buat. Saya tinggal mencari template yang mirip di Canva. Setelah itu, saya meminta bapak mengirimkan fotonya yang sendiri. 5 menit kemudian bapak mengirimkan foto selfie nya. Saya tanya apakah bapak tidak punya foto lain. Bapak menjawab tidak. Ia menyuruh saya mencari fotonya di laptop saya. Saya pun mencoba mengingat-ingat apakah saya punya foto bapak yang saya ambil sendiri. Saya mencoba membuka file foto tahun lalu. Ada. Tapi itu foto ramai-ramai saat kumpul lebaran kemarin. Satu-satunya foto bapak yang saya ambil adalah foto candid. Dan itu tidak mungkin saya masukkan di CV.


Saya mencoba mencari kembali di folder tahun-tahun sebelumnya. Di sini saya menyadari bahwa di antara banyaknya orang yang saya foto, foto kedua orang tua saya adalah yang paling sedikit saya ambil. Terutama bapak. Tidak ada satu pun foto bapak yang saya ambil secara khusus. Hanya ada foto bapak yang saya ambil secara diam-diam aka candid. Di sini saya menyadari hubungan saya dengan bapak saya. Ternyata ada sedikit rasa segan di antara saya dan dia. Dulu saya pikir bapak memang orang yang tidak terlalu suka di foto. Begitulah pemikiran saya terhadap pria. Mereka memang tidak terlalu eksis seperti para wanita. Namun, saya sadar ternyata saya saja yang memang jarang mengajaknya berfoto sehingga ia pun merasakan bahwa foto tidak terlalu penting. Namun sekarang saya sadar, bahwa satu-satunya kenangan yang tidak akan pudar adalah foto-foto yang saya ambil.


Share:

Senin, 10 Januari 2022

Bangun Pagi

 Tiba-tiba teringat kenangan saat sekolah dulu. Suasana pagi hari di rumah. Langit yang masih gelap. Suara ayam berkokok. Air yang dingin. Mama yang sedang memasak. Suara kartun di TV. Wangi nasi yang baru matang. Suara adukan gelas kopi milik bapak. Wangi asap rokok bapak. Wangi udara pagi. Anak-anak yang berangkat ke sekolah menggunakan angkot. Suara engkolan motor honda. Wangi asap motor. Suara burung berkicau. Suara Oppung bangunin anaknya. Suara Sparky. Suara tetangga belakang rumah. 

Share:

Sabtu, 08 Januari 2022

Suara di Tengah Malam

Sudah sejak lama, saya tidak lagi menonton televisi. Mungkin semenjak saya pergi ke perantauan saat SMA. Selain karena tidak ada lagi acara yang menarik menurut saya, saya yang saat itu masih remaja sudah menemukan kesenangan baru di layar genggam. Malam ini, saya memutuskan untuk menonton acara televisi di laptop untuk menemani saya menutupi keresahan akan tugas akhir yang  membuat putus asa. 

Tiba-tiba saya teringat sebuah kenangan saat saya kecil. Saya jadi teringat momen-momen di mana saya tidak bisa tidur di malam hari. Mungkin SD atau SMP. Ini adalah awal momen saya mulai mengenal yang namanya istilah bergadang.

Setiap saya terbangun, saya selalu merasa ketakutan. Takut ditinggalkan dan juga takut terhadap hal-hal gaib. Kesunyian malam tampak sangat menyeramkan. Seperti di adegan film, saya dapat mendengar suara detak jam dinding di ruang tamu.  Selain itu, saya juga dapat mendengar suara kendaraan dan juga langkah kaki orang-orang yang lewat dari depan rumah. Terkadang, saya mendengar suara seseorang yang sedang grasah-grusuh di garasi depan rumah. Kalau saya tidak beruntung, saya akan mendengar suara langkah kaki seseorang di dalam rumah saya.

Suasana malam akan semakin mencekam saat para anjing saling melolong satu sama lain. Jam 1 sampai jam 4 pagi adalah jam-jam yang paling mengerikan. Saya pernah mendengar mitos bahwa di jam-jam inilah para setan berubah menjadi sangat menakutkan. Satu-satunya hal yang dapat meredakan ketakutan saya ini adalah saat saya mendengar suara pintu kamar orang tua saya terbuka. Jika mereka masuk kembali ke dalam kamar, maka ketakutan itu kembali datang. Namun, jika saya mendengar suara televisi dihidupkan maka perasaan takut itu akan menghilang. 

Saat itu saya sudah terlalu malu untuk meminta mereka untuk menemani saya tidur. Katanya saya sudah besar dan tidak boleh manja. Hanya anak kecil yang boleh ditemani tidur. Maka, suara televisi di malam hari sudah saya anggap sebagai sebuah pelukan tidur yang menenangkan. Jika rasa kantuk itu tidak kunjung datang, saya akan berjalan keluar kamar dan pura-pura terbangun.
"Pak gak tidur?" ucap saya. Bapak tidak menjawabnya. Saya akan berjalan ke sampingnya dan ikut duduk menonton. Biasanya di jam-jam itu ada film-film aksi dari Hollywood atau film-film bela diri dari Hongkong atau Taiwan atau apalah itu yang saya sendiri lupa. Bagi saya, ini adalah pengalaman pertama yang paling cinematic yang pernah saya dapatkan. 

Selain itu, momen saya tidak bisa tidur juga membuat saya melihat sisi lain dari sosok seorang ibu. Suatu malam, saya mendengar ibu saya terbangun dari tidurnya dan mengambil kain-kain yang menumpuk dan menyetrikanya. Terkadang ia bekerja sambil menonton Televisi. Tapi terkadang juga ia tidak menghidupkannya. Hanya suara keheningan malam yang menemaninya. 
Malam hari mungkin adalah momen di mana ia bisa melepaskan diri sejenak menjadi dirinya sendiri. Walau saya tahu bahwa tanggung jawab seorang ibu tidak akan bisa ia lepaskan.  

Share:

Kamis, 06 Januari 2022

MAMA

 

Sebelumnya, aku belum pernah melihat mama menunjukkan rasa sayang kepada anaknya melalui sebuah pelukan ataupun kecupan. Aku pikir mama adalah seseorang yang tidak terlalu peduli terhadap apa pun yang dilakukan oleh anaknya. Sampai suatu hari, saat aku harus meninggalkan rumah untuk merantau, untuk pertama kalinya, mama memelukku dengan sangat kuat. Seingatku itu adalah pelukan pertama mama kepadaku.

Beberapa jam setelahnya, aku mencoba menghubungi karena rasa rindu akibat pertama kali ditinggal. Dari balik telepon, aku dapat mendengar suara isak tangis mama yang juga merindukan anaknya. Hal ini membuatku sadar bahwa selama ini mama juga sebenarnya sangat menyayangiku dengan caranya sendiri. Semenjak ini, pelukan adalah cara kami menunjukkan rasa sayang di antara satu sama lain.

Share: