Selasa, 11 Januari 2022

Curriculum Vitae

Semalam, bapak tiba-tiba menelepon menanyakan kabar. Saya tidak cerita mengenai kesulitan yang sedang saya hadapi. Saya takut bahwa ini akan membebani dia. Saya pun berbohong dengan mengatakan bahwa saya baik-baik saja. Setelah memastikan keadaan anaknya, Ia pun mematikan telepon.

Satu jam berlalu tiba-tiba ia menelepon lagi. Saya pikir ada suatu hal penting lain. Ternyata bapak minta dibuatkan CV. Iya. Curriculum Vitae. Yang buat lamar kerja itu.  Saya tahu bahwa bapak memutuskan untuk kerja lagi di kantor lamanya. Saat saya membicarakan hal itu dengan adik saya, ia mengatakan bahwa alasan bapak bekerja lagi adalah untuk mengumpulkan biaya agar bisa melihat saya wisuda di Jakarta sekaligus pulang ke kampung halamannya. Malam itu saya menangis lagi. Di tengah harapan yang sudah hampir berakhir, saya mendapatkan sebuah alasan untuk tetap menyelesaikan sampai titik terakhir saya. 

Saya pun memutuskan membantu bapak. Untungnya, bapak memberikan referensi CV yang ingin ia buat. Saya tinggal mencari template yang mirip di Canva. Setelah itu, saya meminta bapak mengirimkan fotonya yang sendiri. 5 menit kemudian bapak mengirimkan foto selfie nya. Saya tanya apakah bapak tidak punya foto lain. Bapak menjawab tidak. Ia menyuruh saya mencari fotonya di laptop saya. Saya pun mencoba mengingat-ingat apakah saya punya foto bapak yang saya ambil sendiri. Saya mencoba membuka file foto tahun lalu. Ada. Tapi itu foto ramai-ramai saat kumpul lebaran kemarin. Satu-satunya foto bapak yang saya ambil adalah foto candid. Dan itu tidak mungkin saya masukkan di CV.


Saya mencoba mencari kembali di folder tahun-tahun sebelumnya. Di sini saya menyadari bahwa di antara banyaknya orang yang saya foto, foto kedua orang tua saya adalah yang paling sedikit saya ambil. Terutama bapak. Tidak ada satu pun foto bapak yang saya ambil secara khusus. Hanya ada foto bapak yang saya ambil secara diam-diam aka candid. Di sini saya menyadari hubungan saya dengan bapak saya. Ternyata ada sedikit rasa segan di antara saya dan dia. Dulu saya pikir bapak memang orang yang tidak terlalu suka di foto. Begitulah pemikiran saya terhadap pria. Mereka memang tidak terlalu eksis seperti para wanita. Namun, saya sadar ternyata saya saja yang memang jarang mengajaknya berfoto sehingga ia pun merasakan bahwa foto tidak terlalu penting. Namun sekarang saya sadar, bahwa satu-satunya kenangan yang tidak akan pudar adalah foto-foto yang saya ambil.


Share:

0 komentar:

Posting Komentar