Sabtu, 08 Januari 2022

Suara di Tengah Malam

Sudah sejak lama, saya tidak lagi menonton televisi. Mungkin semenjak saya pergi ke perantauan saat SMA. Selain karena tidak ada lagi acara yang menarik menurut saya, saya yang saat itu masih remaja sudah menemukan kesenangan baru di layar genggam. Malam ini, saya memutuskan untuk menonton acara televisi di laptop untuk menemani saya menutupi keresahan akan tugas akhir yang  membuat putus asa. 

Tiba-tiba saya teringat sebuah kenangan saat saya kecil. Saya jadi teringat momen-momen di mana saya tidak bisa tidur di malam hari. Mungkin SD atau SMP. Ini adalah awal momen saya mulai mengenal yang namanya istilah bergadang.

Setiap saya terbangun, saya selalu merasa ketakutan. Takut ditinggalkan dan juga takut terhadap hal-hal gaib. Kesunyian malam tampak sangat menyeramkan. Seperti di adegan film, saya dapat mendengar suara detak jam dinding di ruang tamu.  Selain itu, saya juga dapat mendengar suara kendaraan dan juga langkah kaki orang-orang yang lewat dari depan rumah. Terkadang, saya mendengar suara seseorang yang sedang grasah-grusuh di garasi depan rumah. Kalau saya tidak beruntung, saya akan mendengar suara langkah kaki seseorang di dalam rumah saya.

Suasana malam akan semakin mencekam saat para anjing saling melolong satu sama lain. Jam 1 sampai jam 4 pagi adalah jam-jam yang paling mengerikan. Saya pernah mendengar mitos bahwa di jam-jam inilah para setan berubah menjadi sangat menakutkan. Satu-satunya hal yang dapat meredakan ketakutan saya ini adalah saat saya mendengar suara pintu kamar orang tua saya terbuka. Jika mereka masuk kembali ke dalam kamar, maka ketakutan itu kembali datang. Namun, jika saya mendengar suara televisi dihidupkan maka perasaan takut itu akan menghilang. 

Saat itu saya sudah terlalu malu untuk meminta mereka untuk menemani saya tidur. Katanya saya sudah besar dan tidak boleh manja. Hanya anak kecil yang boleh ditemani tidur. Maka, suara televisi di malam hari sudah saya anggap sebagai sebuah pelukan tidur yang menenangkan. Jika rasa kantuk itu tidak kunjung datang, saya akan berjalan keluar kamar dan pura-pura terbangun.
"Pak gak tidur?" ucap saya. Bapak tidak menjawabnya. Saya akan berjalan ke sampingnya dan ikut duduk menonton. Biasanya di jam-jam itu ada film-film aksi dari Hollywood atau film-film bela diri dari Hongkong atau Taiwan atau apalah itu yang saya sendiri lupa. Bagi saya, ini adalah pengalaman pertama yang paling cinematic yang pernah saya dapatkan. 

Selain itu, momen saya tidak bisa tidur juga membuat saya melihat sisi lain dari sosok seorang ibu. Suatu malam, saya mendengar ibu saya terbangun dari tidurnya dan mengambil kain-kain yang menumpuk dan menyetrikanya. Terkadang ia bekerja sambil menonton Televisi. Tapi terkadang juga ia tidak menghidupkannya. Hanya suara keheningan malam yang menemaninya. 
Malam hari mungkin adalah momen di mana ia bisa melepaskan diri sejenak menjadi dirinya sendiri. Walau saya tahu bahwa tanggung jawab seorang ibu tidak akan bisa ia lepaskan.  

Share:

0 komentar:

Posting Komentar